Minggu, 20 Desember 2009

Jumat: Men and God


Jumat, 18 Desember 2009



Sudah hampir waktu jumatan, kami keluar kebun binatang setelah cukup puas bercanda dengan jerapah, lalu aku duduk termenung didepan masjid kecil di dekat kebun binatang. Ryan mengambil peci dan sarung lalu masuk ke masjid. Aku melihat banyak pria menuju ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat jumat yang disakralkan oleh umat islam.
Menurut hukumnya, cewek nggak wajib solat jumat, tapi cewek tetap wajib sholat dhuhur. Tapi kenapa cuma pria ya yang diundang tuhan untuk berkumpul dalam masjid? Hal ini baru terpikirkan sekarang.
Aku ngetwit (membuat status di situs Twitter), tapi segera terhenti ketika sebuah becak berhenti didepanku. Aku saat itu berteduh dibawah pohon cerry kecil nan teduh dan aku yakin itu pangkalannya. Ketika aku hendak menyingkir, pria itu membuka kotak kecil dibelakang tempat duduk penumpang dan mengeluarkan sarung, sajadah dan peci hitam yang semuanya lusuh. Beliau tersenyum padaku. Lalu menyeberang jalan menuju masjid. Dan khotib mulai berkutbah.
Saat pria tua itu nggak kelihatan lagi, aku naik ke tempat duduk becaknya dan ngetwit disana. Enaknya, tempat duduk becak itu empuk. Aku hampir ketiduran disana hingga suara “Amiin” yang panjang mengagetkan aku.
Sesudah jumatan selesei, aku udah benar-benar ngantuk lagi, pria tua itu menegurku dengan senyum, aku malu dan segera turun. Beliau lantas segera menarik becaknya sekali lagi setelah pamit padaku “Monggo”. Monggo atau Mangga adalah nama buah (Manggo) tapi dalam bahasa jawa artinya permisi atau silahkan. Aku tersenyum membalasnya mengangguk.
Setelah itu aku nunggu Ryan yang sekitar 5 menit kemudian keluar sambil menggerutu, “sialan, sendalku ilang tadi”. Aku menjawab dengan kalem: “Yawdah, nanti kita beli baru” dengan nada kalem seperti dia. Dia langsung diam lalu mengelus rambutku dengan kasar.

Me and Monkey versus the world

Jumat, 18 Desember 2009



Jam 9.30 aku baru sadar untuk pertama kalinya hari itu. Mataku sudah cukup tidur di kereta plus di hotel. Sekarang aku lapar, kami mencari warung disekitar kebun binatang. Agak jauh di dekat terminal angkot, aku menemukan warung, cukup dengan Rp5000 perak kita dapat sambal penyet dan ikan gurami yang gurih. Kami beli satu gurami dan dibagi berdua. So sweet? Nggak, so terrible, masa sambel penyetnya dicampur brambang (bawang merah), ikan guraminya belum mateng, habis dari warung aku masih laper. Aku menggerutu tapi Ryan seperti biasa dengan kalem bilang: “Yawdah nanti kita makan lagi abis jumatan”. Dan seperti biasa aku langsung diem kalo dia bilang dengan nada kalem dan cool abis.
Begitu buka, kebun binatang langsung ramai. Maklum long weekend. Ini kali pertama aku ke kebun binatang itu sejak terakhir kesini semasa SD dulu. Tau enggak apa yang jadi tujuan utama ke sini? Yeah MONYET! Sebenarnya pingin liat beruang tapi karena dia lagi tidur, aku memutuskan menarik Ryan ke kandang monyet. Kandang monyet berupa pulau di tengah kolam. Aku melihat “monyet” lain memberi makan ke mereka. Dan sesuatu hal yang belum sempat aku foto, salah satu monyet memberikan tanda metal (itu loh, jari kelingking, telunjuk dan jempol mengacung sedang jari tengah dan jari manis turun) kepadaku. Aku jawab juga dengan tanda metal. “Me and You againts the world!” seruku sambil ngakak. Aku kasih nama dia… Jimi Hendrix!

Sleep Trouble

Jumat, 18 Desember 2009


Bayangkan semalaman gak bisa tidur karena excited dengan esok hari. Kami berangkat esok pagi buta, dan aku nggak bisa tidur. Jam dinding bergambar Snoopy menunjukkan pukul 07.00 malam. Gila, baru seumur hidup tidur seawal itu. Mata nggak bisa tidur karena Mita berisiknya minta ampun juga teman-teman Ryan yang datang bikin kepala pecah. Twitter menjadi sahabatku. Ngakak bersama status konyol orang amerika yang juga konyol.
Sekitar jam sepuluh malam, Ryan masuk kamar dan tidur disampingku. Oh ya bagi yang bagi yang belum tahu, dia itu tunanganku hasil dari perjodohan. Dia langsung ngorok tapi aku tetep nggak bisa tidur. Ya maklum, ini pertama kali kita tidur berdua sejak tunangan. Sungguhan lho! Kamarnya menjadi gudang dadakan akibat barang-barang berserakan saat kami mempersiapkan bekal. Dia terpaksa tidur di kamarku.  Suatu hari nanti aku pasti ceritakan bagaimana kami bisa bertemu dan bagaimana aku bisa mencintai dia.
Kata guruku masuk akal, laki perempuan tidur berdua itu nggak papa dan dianjurkan dari pada “bangun” berdua, heheheh…
Dan sesuai yang kuduga sebelumnya, aku tidur jam 12 malam dan terpaksa bangun (setelah disiram air oleh Ryan) jam 3 pagi. Kepala masih pusing. Aku mandi dan segera bersiap, kereta api akan berangkat pukul 5 pagi. Aku baru tahu kemarin kalo Malang Express sudah ditutup karena bangkrut. Malang Express atau dikenal dengan kereta lumpur adalah solusi sampai Surabaya-Malang dengan cepat melewati Porong (lumpur sidoarjo). Jadi terpaksa kami naik kereta biasa yang paling pagi. Belum antri tiket dan berjejalan karena ini adalah long weekend.
Mita (yang juga terpaksa bangun pagi) mengantarkan kami dengan berat hati (dan berat kantung mata) ke stasiun. Wow, nggak disangka rupanya cukup ramai disana. Kami dapat tiket dan kini menunggu kereta datang.
Benar kata bang Iwan Flash eh Iwan Fals “Kereta terlambat sudah biasa..”. Kami menunggu hampir 10 menit lebih dari jadwal distasiun. Begitu dapat kereta, aku langsung masuk bersama Ryan.
Sebenarnya perjalanan ini bersama 2 orang lainnya, David Fisher dan Norah Dunes, temanku dari Aussie, tapi mereka memilih menunggu kami di Surabaya sambil menjelajahi Jawa Timur. Mereka dari Bali langsung memulai petualangannya.
Di dalam kereta, aku mendapatkan tempat dibagian timur, sebelah jendela, jadi aku bisa melihat matahari terbit dari timur. Eh, mataku ngantuk lagi. Tepat pukul enam pagi kami sampai di stasiun wonokromo. Jelas kota Surabaya selalu padat. Kami memutuskan berjalan kaki ke Novotel, hotel yang sudah kami booking untuk 2 hari. (Dan cukup mahal jg)
Selama perjalanan dari Malang ke Surabaya, aku nggak inget apa-apa, tapi yang jelas kata Ryan aku tidur dengan pulasnya.

Traveling: The Prologue

Minggu 13 Desember 2009
Hari yang cerah di Bandara ngurah Rai, Bali. Aku baru saja turun dari pesawat Quantas bersama mama, ryan, david, dan Norah. Disana kami masih harus menunggu bis yang akan membawa kami pulang ke kota Malang.
Sudah hampir 6 bulan aku kuliah di Australia dan berpisah dari keluarga besar, terutama om Teddy, boneka beruang yang super terkenal itu dan Mita, adikku. Aku mengambil mata kuliah Teknik IT sesuai dengan bidang yang aku sukai. Seperti mama bilang, jangan pernah memilih jurusan kuliah seperti orang lain yang berpikir bagaimana mendapatkan pekerjaan mudah dari mata kuliah itu. Tekuni apapun yang kamu suka dan kamu akan merasakan enjoy.
Selama di Australia, aku tinggal di Asrama yang seperti penjara. Nggak ada kebebasan, oleh karena itu, begitu aku pulang ke Indonesia, satu yang pingin aku lakukan, TRAVELLING.
Kata orang, Travelling itu kayak nggak ada gunanya aja. Buang-buang duit. Nggak berguna. Bikin keluarga khawatir. Jujur, itu semua benar, tapi ada kok cara mensiasatinya. Aku dan Ryan, udah merencanakan liburan natal dan tahun baru ini kami hendak travelling keliling jawa bali.
Budget datang dari tabunganku selama SMA kelas 3, kamu taukan, selama kelas 3, kita punya sedikit waktu untuk mempersiapkan UAN. Aku jadi enggak punya kesempatan melakukan travelling selama kelas 3. Begitupun selesei UAN, masih ada bimbel ini itu untuk melewatkan tes masuk kampus di  Australia. Selama setahun menabung, aku kaget saat mengetahui tabunganku melebihi 4 juta rupiah. Wow!
Kembali ke Bulan November 2009, tanggal lupa.
Aku telepon mama di Surabaya. Aku berdiskusi (dengan a lot) demi mewujudkan misiku: Travelling. Aku bilang ke mama: “Ayo deh ma, kan mama udah janji kalo aku bisa masuk Australia, aku boleh travelling”.
Mamaku yang khawatir tentu saja menolaknya. Beliau beralasan bahwa anak perempuan itu berbahaya pergi sendirian. “Kan ada Ryan!” Aku sengaja nggak mengungkit si Mita, soalnya tahun ini giliran dia menghadapi UAN.
Akhirnya setelah beberapa kali telepon, dan mendesak beliau, mama mengizinkan aku pergi dengan catatan: Bawa teman lain. Yeah! Aku langsung mendadak fly (tanpa drugs tentuna) dan menyetel lagu kelompok Bonnie M dengan keras, satu teguran dari penjaga asrama dan teman yang tinggal di kamar sebelah. Ups..
Maju ke Awal Desember
Seharian di ruang kuliah aku nggak sabaran untuk segera keluar dari kelas dan bertemu Ryan. Begitu ada kesempatan, aku bolos latihan baseball dan segera menuju asramanya. Aku sudah membicarakan hal ini sebelumnya, dan dia siap sedia, begitu aku datang, dia langsung buka google maps dan merencanakan kemana aja kita akan pergi. Selain itu halaman Lonely Planet, situs para traveller juga terbuka.
Yang aku rencanakan:
1.       Kemana saja aku akan pergi
2.       Setelah menentukan kota mana saja, cari informasi tempat wisata, hotel, dan tempat makan yang ada di daerah itu. Cari juga spot menarik di tempat itu untuk foto-foto.
3.       Tentukan perkiraan biaya perjalanan, biaya masuk lokasi, biaya makan, hotel/penginapan sesuai berapa lama kita akan pergi, kemana dan berapa orang.
4.       Cari informasi tentang kondisi (seperti suhu, ketinggian, dll)
5.       Persiapan alat-alat seperti baju, obat dan lainnya.
Saat semua sudah selesei, sekarang saatnya petualangan. Dalam hal ini, aku menunggu sampai tanggal 13 Desember.
Selasa, 15 Desember 2009
Aku sampai di Malang hari senin pagi. Tapi nggak banyak aktivitas hari itu, cuma berkangen-kangenan dengan teman lama, keluarga, berdiskusi di facebook dan twitter. Sisanya tidur karena perjalanan bus dari Denpasar – Malang luar biasa capeknya. Bayangkan duduk semalaman melihat bukit gelap ditambah sport jantung akibat supir agak ceroboh.
Hari selasanya aku sudah segar bugar dan siap menjalani hari baru. Yah paling hari baru dan akhir yang tetap sama aja.
Aku dan Ryan keliling kota Malang berbelanja ini itu buat persiapan keberangkatan. Hampir enam bulan ditinggal, kota ini nggak banyak perubahan, cuma hawanya terasa lebih panas disini. Kami seharian mencari apa yang kami butuhkan, hampir 90% dari daftar barang yang kami butuhkan berhasil kami dapatkan. Beberapa diantaranya seperti jaket dan jas hujan nggak ada. Lagian siapa yang butuh, hujan ya berteduh aja.
Kami sudah tentukan, kami berangkat hari Jumat tanggal 18 Desember 2009 dengan Kereta api menuju tujuan pertama kami: Surabaya.